Senin, 29 Oktober 2012

Bikin Pellet trap sendiri (DIY)

Mungkin ada di antara kita yang pengen latihan nembak di dalam rumah.  Kalo saya sih sering terutama kalo pas lagi home alone.  Kalo dulu kertas target ditempel di tumpukan koran, baru ditembakin.  Kadang bigung juga korannya harus digantung di mana dan gimana gantunginnya.  Selama ini sih gantungin korannya pake gantungan baju.  Yah, namanya juga seadanya.

Timbul ide buat bikin pellet trap yang sederhana aja.  Yang penting bisa dipake nembak di dalam rumah dengan aman.  Bahan-bahan harus seadanya dan bisa dibuat dengan mudah dan cepat.
Mulai tengak-tengok di gudang ada apa aja.  Ternyata masih ada papan kayu halus sisa bikin ayunan buat si kecil.  Panjangnya 1,5 meter dengan tebal 15 mm.  Hmmm... kayanya bisa dimanfaatkan.

Bikin lah coret-coretan ukurannya sambil disesuaikan dengan ketersediaan kayunya.  Diusahakan gak banyak-banyak motong kayunya.  Males aja sih, karena bikinnya malam-malam.  Bahan-bahan yang diperlukan sbb :
- kayu halus tebal 15mm, panjangnya 1,5 meter tapi sisa banyak.
- Gergaji kayu
- Sekrup panjang 3 cm
- Obeng
- stop map bekas
- ban luar mobil (saya sih ambil dari bak sampah yg gak kepake)
- bor listrik
- engsel (terpaksa beli dulu, lupa harganya, yang jelas murah)
- ring gantungan (gak tau ini namanya benar apa nggak, liat aja fotonya)

Foto-foto berikut ini bukan proses sebenarnya tapi rekonstruksi setelah pelet trapnya jadi.

Bahan papan kayu dipotong sesuai sketsa, gampang lah, cuma bikin persegi panjang aja.  Sebenarnya lupa ukuran tepatnya.
 Siapin lubang buat sekrupnya kemudian pasang bagian dasar dan samping kiri kanan.

Bagian dasarnya disekrup dengan salah satu sisinya.
 Pasang sisi sebelahnya juga, hingga bentuk huruf U.
Bagian dasar, sisi kanan dan kiri udah nempel.
Sekarang tinggal bagian atas sama stoppernya.  Ide saya stoppernya dibuat miring sekitar 45 derajat dan bisa berayun untuk mengantisipasi senapan kecepatan tinggi.  Potongan ban bekas dipasang juga di bagian depan dengan sekrup.

Agak susah masang engselnya supaya bisa berayun dengan lurus.  Tipsnya : pasang dulu engselnya di papan stopper, baru dicoba-coba diayunkan dengan bantuan penggaris.

Kalau berayunnya sudah lurus, baru dipasang.  Sekalian pasang ring buat gantungannya

Ambil jepitan dari stop map bekas dan pasang dengan sekrup di bagian depan untuk jepit kertas targetnya.
Jepitan kaya gini bisa berguna buat jepit kertas targetnya
Sip lah, siap dites.  Pertama ditembakin dari jarak 5 m pake Sharp Ace (500an fps) mimis superdome (dilingkari biru).  Tes juga ditembak pake HW77 (880 fps) mimis superdome juga (dilingkari warna merah).
Hasil tes ditembak pake superdome di jarak 3 m.  Lingkaran biru dengan speed 500an fps, lingkaran merah dengan speed 880 fps.  Tembakan 500 fps sama sekali tidak melukai karet ban, cuma catnya aja ngelupas.  Tembakan 880 fps pelurunya nancep tapi nggak tembus.  Mungkin kalo ditembak 3-4 kali di tempat yang sama bisa tembus juga.
Cek sasaran apakah ada yang tembus
Gak ada mimis yang tembus sampai ke bagian kayunya.
Ada satu masalah, mimis setelah kena karet ban akan terpental mengenai papan bagian dasar dan mental lagi ke atas.  Karena itu sebaiknya pastikan sudutnya tepat dan aman.  Tepat di sini bukan tepat 45 derajat, tapi dari hasil coba-coba, mana sudut stopper yang paling aman. 
Jangan terlalu tegak, karena patulan mimis bisa kembali ke penembak.  Pantulan mimisnya bisa sampe 5 m loh, kalo terlalu tegak.  Usahakan minimal 45 derajat supaya jatuhnya mimis gak jauh-jauh.
Pastikan dites dulu dan aman baru dipake.

Sabtu, 27 Oktober 2012

Sharp Tiger - Modifikasi buat visiran

Mungkin saya sedikit cerita dulu mengenai senapan pompa yang saya punya.  Tahun 2003, saya beli Sharp Innova yang sudah saya cita-citakan selama beberapa tahun.  Tahun 2009 saya beli Canon 737, dan hanya digunakan untuk nembak cicak pake visir.  Awal tahun ini kedua senapan pompa tersebut saya hibahkan ke seorang teman, karena lagi demam springer dan PCP.

Ternyata populasi cicak semakin merajalela, dan saya bingung mau ditembak pake bedil apa.  Gak mungkin nembak cicak pake HW100 atau Beeman R1 karena tentu temboknya pada bolong.

Okelah, saya beli Sharp Tiger aja, khusus buat visiran.  Rencananya nanti mau saya upgrade biar gak standar-standar banget.  Beli Sharp Tiger short, waktu itu harganya 460 ribu, langsung mikir kira-kira modifikasi apa yang cocok.  Akhirnya diputuskan :
- Ganti laras, gak usah mahal-mahal, minimal bisa kena cicak di 15m pake visir. (150 rb)
- Ganti tabung dobel sil (70 ribu kalo gak salah)
- Pasang ring pemegang laras (70 ribu)
- Ganti piston dengan lapisan teflon (35 ribu kalo gak salah) karena penyakit Sharp Tiger setelah 2 minggu biasanya bunyi kreot-kreot
- Ganti trigger match (custom, susah ngitung biayanya)
- Ganti popor sport (350 ribu)
- Pasang adapter peredam yang sudah ada visir depannya (70 ribu)
- Ganti visir belakang pake punya Canon 737 (bekas yang lama)
- Ganti reveiver yang stainless steel (350 ribu)

Semua modifikasi dilakukan di gunsmith langganan di Surabaya.  Seperti sebelumnya, GS langganan saya ini prinsipnya alon-alon asal kelakon.  Bedil dan partnya saya serahkan sebelum Idul Fitri, dan baru selesai setelah Idul Adha.  Ini penampakannya
Tampang keseluruhan Sharp Tiger yang sudah modifikasi.  Visir belakang belum ada.

Ring pemegang laras plus adapter peredam dengan visir depan

Receiver diganti model grendel stainless steel.  Buntut yang aluminium itu bonus dari sellernya.


Kebetulan kurang suka popor motif loreng, jadi pilih yang motif semburat gini.

Trigger custom, bikin tarikan makin mak nyuss.  Bisa-bisa dipake bersin aja udah meletus.

Hasil chrono juga lumayan : 460 fps (2x pompa), 710 fps (4x pompa).
Tapi emang semua gak ada yang sempurna, untuk handling buat saya kurang nyaman.  Jarak antara grip dengan trigger terlalu jauh.  Dan satu lagi, comb (dudukan pipi) popornya cukup tinggi.  Ini nyaman kalo pake scope tapi  kurang cocok buat visiran.
Laporan akurasi menyusul ya, saya buatkan posting terpisah.

Selasa, 23 Oktober 2012

Bangkai springer - Pecinta bedil per jangan nangis ya

Sewaktu jalan-jalan ke Pasar Baru, sempat ada pemandangan yang menyedihkan terutama bagi penggemar bedil per.  Di situ teronggok beberapa body bedil per yang sudah dijagal larasnya.

Coba saya identifikasi mulai dari kiri, mohon dikoreksi kalau ada yang salah dan masukannya untuk yang masih kurang :
1.  Enggak tau
2.  Diana (nggak tau seri berapa tapi kalo dilihat dove tail yang tempelan, sepertinya bangkai dari Diana)
3.  Nggak tau juga (tapi sepertinya FWB 124)
4.  Kalau dilihat bentuk stopper di dove tail, sepertinya Feinwerkbau 124
5.  Kalau dilihat bentuk stopper di dove tail, sepertinya Feinwerkbau 124
6.  Nggak tau
7.  Kalau dilihat bentuk stopper di dove tail, sepertinya Feinwerkbau 124
8.  Kalau dilihat bentuk stopper di dove tail, sepertinya Feinwerkbau 124
9.   Kemungkinan BSA Airsporter kalau melihat model kran pengisi peluru
10. Enggak tau
11. Enggak tau

Walaupun banyak nggak taunya, jelas-jelas bangkai Feinwerkbau 124 yang paling banyak di sini.  Mungkin karena akurasinya yang melegenda.  Buat yang masih punya FWB 124, tolong dijaga, karena bedil ini terancam jadi barang langka.

Pistol Luger P08 di Malang

Saat nganter ponakan ikut lomba lukis di Museum Brawijaya Malang, iseng-iseng ngliat ke dalam museum.  Di sana dipajang berbagai macam senapan dan pistol.  Mulai dari yang senapan mesin berpendingin air, BREN, Sten gun sampe pistol bikinan Jepang.  Yang menarik buat saya adalah 4 pucuk pistol Luger P08 dalam kondisi bagus.




Kita tau, pistol ini adalah jatah perwira tentara Jerman dalam Perang Dunia 2.  Konon pistol ini didesain tetap akurat hingga 100 tahun.  Desainnya unik dan proses pembuatannya rumit.  Mungkin itulah alasan kenapa pistol ini jadi suvenir favorit bagi tentara Sekutu yang bertempur di Eropa saat itu.

Pertanyaannya, kenapa pistol Jerman bisa nangkring di sana, padahal yang saya tau, Jerman gak pernah menjajah Indonesia.

Cukup lama juga saya search mengenai hal ini, sampai dengan menemukan sebuag blog mengenai Nazi Jerman.  Yang mana pengetahuan penulisnya mengenai Nazi Jerman sangat luar biasa.  Saya coba kirim email kepada beliau untuk mengobati rasa penasaran.

Jawaban beliau cukup singkat dengan sebuah link ke suatu artikel.  Ternyata setelah Perang Dunia 2 selesai, Luger P08 ini diproduksi ulang di Inggris.  Dan kemungkinan pistol ini dibawa ke Indonesia saat perang kemerdekaan.

Oalah ternyata sudah ada orang lain yang menanyakan hal yang sama dan juga memajang foto Luger P08 di Museum Brawijaya Malang.

Selasa, 16 Oktober 2012

Pasang Tuning kit Beeman R1

Beeman R1 ini punya sodara kembar yaitu HW80.  Bedanya secara fisik cuma popor Beeman R1 lebih panjang sampai melebihi bagian engsel dan menutupi sebagian breech block.  Bagian depan popor bentuknya membulat.  Sedangkan HW80, popor tidak mencapai engsel dan bentuk bagian depannya meruncing di bagian bawah.

Kebetulan waktu itu beli tuning kit juga dari TW Chamber berupa klep, per OX, top hat dari nilon dan spring guide dari nilon.  Juga dapat tambahan ultra lube dan ultra grease.
Gimana cara bongkar pasangnya? Berikut ini langkah-langkah mengenai cara bongkar pasang senapan Beeman R1 atau HW80 (dalemannya sama).  Sekaligus pemasangan tuning kit-nya 

Buka dulu baut popornya, gak usah difoto kalo yang ini.

 Ketok keluar kedua pin penahan trigger, paling gampang yang depan dulu dan dari sebelah kiri.  Jangan lupa safety pin dipegangi biar gak loncar.  Unit trigger ditarik dari tempatnya.

Ini Rekord trigger dalam kondisi tidak terkokang.  Kumpulin jadi satu partnya, terutama per safety karena ukurannya kecil

 Buka blok belakang cukup pake tangan, jangan lupa pake sarung tangan karena banyak part metal yang tajam.  Kalau ulirnya tinggal 3 atau 5, pindahkan ke spring compressor

Sisa per yang nongol gak sampe 1 cm.  Sebenarnya kalau sisa pernya cuma segini gak perlu pake spring compressor.  Tapi supaya aman, mending pake aja.  Dalam kasus ini langsung tak lepas pake tangan, karena saya tau seberapa panjang sisa per yang nongol saat tuning sebelumnya.

Beeman R1 gak punya sliding compression chamber kaya HW77 ato HW97.  Karena itulah pistonnya gede banget, bodinya berfungsi sebagai compression chamber.
Buat ngeluarin pistonnya, harus dibuka dulu baut engselnya.  Pertama murnya dulu baru bautnya.  Bentuknya setengah bola dan kepaa mur dan bautnya mirip.  Ciri murnya adalah bagian coakan untuk obengnya berlubang, sementara kalo yang baut buntu.  Lepas keduanya, di masing-masing sisi ada ring per.
Setelah itu baru link cocking lever bisa dilepas, dan laras juga bisa dilepas.  Ati-ati di antara breech block dan garpu penjepit ada 2 buah washer tipis banget.  Jangan sampe ilang ato terlipat ato patah, susah cari gantinya.
Setelah itu baru piston bisa dicabut.

Saya sebutin satu-satu partnya. (1) laras dan breech block termasuk link, (2) body utama, (3) 2 buah washer, (4) mur dan baut engsel, (5) ring per ato spring washer, (6) blok belakang, (7) per utama, (8) spring guide, (9) klep, (10) piston, (11) trigger unit, (12) pin safety dan pernya, (13) pin trigger unit

Perbandingan part asli dan tuning kit yang baru.  Untuk spring guide yang lama itu bukan ori, tapi udah bikinan sendiri karena yang ori patah.

Sekarang tinggal nyopot klep yang lama pake obeng dan pasang klep baru cukup tekan pake jempol.

Poles semua bagian metal to metal contact sampe kinclong. 
Ini salah satu ujung per yang sudah dipoles.

Poles juga blok belakang.  Ini foro sebelum dipoles.

Ini foto sesudah dipoles, termasuk digosok pake metal polish.  Saya bikin mirror finish biar mantep, tuh sampe bayangan jari saya keliatan.

Baru deh siap-siap pemasangan.  Pertama berikan pelumas di bagian dalam body utama selaku compression chamber.  Waktu itu pake Ultra Lube tipis banget paling cuma 3 tetes dan diratakan.  Kemudian masukkan pistonnya.

Berikan grease di bagian breech block yang kontak dengan garpu.  Klo gak ada moli grease, bisa pake grease biasa yang dicampur minyak Singer.

Keliatan sisa per yang nongol agak panjang, dan emang harus pake spring compressor buat pemasangannya.

Pasang blok belakang dengan dilapisi kain biar gak baret.  Dorong dan putar sampai dratnya masuk paling tidak 5 ulir dan lanjutkan diputer pake tangan.  Pake sarung tangan ya

Posisikan trigger unit dalam keadaan terkokang, masukkan bagian depan dulu dan pasang pin pengunci bagian depan (yang panjang).  Pasang pin safety, dan posisikan trigger unit bagian belakang dengan lubang pinnya.  Dalam posisi ini, kita harus menempatkan pin safety di posisi yang benar. Dicoba-coba aja, ntar juga pas sendiri.   Kalo pin safety belum pas, lubang pin gak bakalan center.  Kalo udah center baru pasang pin belakang (pendek).  Tarik trigger, kalo udah bunyi KLIK dan safety pin gak loncat, artinya sudah OK.

Pasang lagi popornya, beres deh, tinggal dites.

Saya tambahkan satu foto yang penuh kontroversi dan provokasi...
Tembakan pertama dengan mimis RWS Superdome.
Foto di atas adalah asli, bukan rekayasa, bukan pake bedil lain dan bukan diakali.  Hasil tembakan itu benar-benar dari Beeman R1 yang baru aja ganti tuning kit.  Kok kencang banget speednya.  Itu efek dari dieseling.  Waktu itu emang suaranya kenceng banget, keluar asap dan ada bau gosong.  Setelah beberapa tembakan baru speednya turun.
Untuk tes speed selengkapnya akan saya post terpisah.

Senin, 15 Oktober 2012

HW100T ganti laras carbine

Setelah dipake beberapa kali, timbul rasa kurang nyaman kalo nenteng si Bella (HW100T).  Larasnya panjang banget plus peredam bisa sampe 115 cm.  Kebetulan ada tabungan sisa lebaran, mulailah nyari yang jual laras HW100 tipe pendek.
Akhirnya deal dengan seorang teman, si laras pendek pun meluncur dari Jakarta.
Setelah diterima dalam kondisi baik, langsung diganti saat itu juga.

Pertama, buka popor dan tabungnya pake kunci L (ukurannya lupa) agak gede kok.

Kendorin baut pengikat laras yang arahnya menyudut ke atas.  Cabut laras lama, pasang laras baru terus kencengin baut pengikatnya.

Pasang lagi tabung dan popornya, Jadi deh.  Ini perbandingan laras panjang dan pendek.


Sip lah.  Tapi tentunya ada yang kurang.  HW100 laras panjang tentunya memerlukan dorongan yang lebih besar dibandingkan laras pendek.  Kalo sekarang pake laras pendek, tentunya ada sebagian udara yang terbuang. 
Dari hasil tes dengan mimis Barracuda Match, laras panjang bisa 950 fps, sedangkan dengan laras pendek 890 fps.
Kalo gitu perlu setting ulang regulator supaya udaranya efektif dong.
Mungkin di post berikutnya...

Pengecatan laras HW100

Sewaktu ikut pertandingan di Pasuruan, lapangan tembak diguyur hujan deras.  Semua tas senapan ditutup pake terpal.  Tapi namanya ditutupin berjamaah, tetap aja basah.  Sampai di rumah, sekalian aja ini tas senapan dicuci.  Untuk memastikan benar-benar kering, tasnya dijemur secara lebay selama 3 hari.  Barulah si HW100 masuk ke tas.
Ups.. lupa kenalan dulu sama HW100 ini alias Bella.  Dinamain begitu bukan tanpa alasan, nama lengkapnya adalah Bella-in Ngutang.  Maklum itu bedil harus kredit 2 tahun baru kebeli.

Seperti biasa, si Bella ini jarang dipake.  Setelah seminggu, ada pikiran mau diolesin minyak biar gak karatan.  Astaga, ternyata laras bagian ujungnya karatan dan lengket dengan tasnya.  Sempat panik trus ambil bensin dan kain untuk dilap.  Ternyata karatnya udah parah, dan hasilnya laras si Bella pun mengalami kanker kulit

Bingung juga mau diapain, kalau dibronir ke luar, kuatir broniran jelek.  Mau bronir sendiri pake cold bluing, kok hasilnya kurang bagus.  Diskusi dengan teman, ada ide dicat aja.  Sempat kuatir hasilnya jelek, tapi setelah liat beberapa contoh hasil pengerjaannya yang bagus, OK lah, dicat aja.
Karena dicat, warnapun bisa apa aja.  Altenatifnya waktu itu hitam doff, black piano, coklat, silver, emas, merah dan biru.  Karena contoh yang dibawa warna merah anodized, sekalian disamain aja biar ketauan hasilnya bakal kaya apa.

Setelah diserahkan, seminggu kemudian larasnya udah jadi.  Hasilnya kaya gini
Menurut saya kualitas catnya bagus banget, halus dan gak gampang ngelupas.  Puas deh, laras si Bella kembali dan tetep ori.  Cuma namanya berubah jadi Bella - lady in red.
Terima kasih kepada sahabat saya untuk menggratiskan pekerjaan ini.

Tes speed HW77 after tuning

Setelah pasang tuning kit baru, biasanya senapan perlu ditembakkan setidaknya 100 kali sebelum mencapai performa sesungguhnya.  Kali ini saya coba share mengenai review HW77 setelah ganti tune kit yang dipesan dari TW Chamber.
Oh iya.. HW77 ini saya kasih nama Vivi, yang diambil dari vitu-vitu, plesetan dari pitu-pitu alias 77.
Kembali ke senapan....
Sehabis servis, tentu masih banyak sisa oli atau pelumas dalam senapan.  Pada jenis spring, sering kali oli tadi terbakar karena tekanan tinggi.  Fenomena ini dikenal dengan dieseling, karena mirip dengan yang terjadi pada pembakaran mesin diesel.
Ciri-ciri dieseling antara lain suaranya keras lebih mirip letusan dibanding dengan hentakan per.  Sewaktu dikokang, keluar asap, biasanya kuning kecoklatan dan ada aroma gosong.
Meskipun pada saat dieseling kecepatan peluru jadi tinggi, hal ini tidak diharapkan karena bukan performa asli dari senapan.  Speed yang dihasilkan juga nggak stabil, fluktuasinya besar banget.

Apa yang saya harapkan dari performa Si Vivi adalah :
- Speed antara 850 - 900 fps pake mimis RWS Superdome
- Handling nyaman, artinya minim vibrasi.  Rela speed turun asal vibrasi ilang
- Recoil gak ada masalah.  Springer dan recoil itu sudah bagaikan Romeo dan Juliet
- Extreme spread (selisih speed min dan max) kecil, kalo bisa kurang dari 20 fps lah

Speed diukur dengan Chrono F1 yang sama.
Hasil tes pertama (20 shot) :
998.2, 957.2, 904.0, 881.7, 882.3, 882.6, 924.6, 932.6, 931.6, 920.3, 914.6, 920.8, 913.2, 923.5, 942.3, 930.1, 962.6, 959.4, 1021, 1018
Benar-benar gak stabil, terendah 881.7 fps sedangkan tertinggi 1021 fps.  Artinya gak usah diterusin tesnya, ini masuk kategori speed morat-marit.  Getaran/vibrasi juga terasa gak nyaman

Terpaksa harus dibongkar lagi (kali ini gak ada fotonya).
Perubahan yang dilakukan cuma menambah moli grease pada per sampe belepotan.  Pasang lagi dan tes :
1030, 976.7, 1019, 1006, 976.9, 950.5, 901.8, 886.2, 918.7, 920.5, 959.4, 955.0, 945.4, 876.3, 907.9
Speed tertinggi 1030, terendah 876.3.  Lebih parah dari sebelumnya.

Kesimpulannya, grease yang digunakan gak cocok.  Emang kalo baca di beberapa sumber, untuk per tidak menggunakan grease tapi tar yang tentunya lebih kental.
Waktunya search standar kekentalan grease.  Ternyata kekentalan grease dinyatakan dalam angka 1 - 6.  Di mana 1 adalah yang paling encer, sedangkan 6 yang paling kental.

Barulah berangkat ke toko onderdil, dan ternyata yang jual juga gak ngerti mengenai kode kekentalan grease. "Adanya ini aja mas" katanya sambil menunjukkan beberapa jenis grease.  OK, tak ambil semua....

Di rumah, semua wadah tadi dibuka.  Yang murah, bau banget dan encer.  Yang mahalan, kemasannya serius, dan ada tulisan No.3.  Dan emang setelah dibuka, kentalnya minta ampun, udah kaya gulali.

Bongkar si Vivi lagi deh, oleskan grease tadi di per dan pasang lagi.
Hasilnya :
825.8, 900.8, 1003, 1075, 1011, 997.8, 1039, 992.2, 954.3, 925.5, 953.8, 879.5, 907.4, 892.7, 891.3, 870.6, 979.8, 953.4, 975.7, 1021, 1070, 1025, 1059, 1053, 994.0, 993.0, 1005, 935.6, 960.1, 938.5, 919.0, 958.9, 954.5
Lagi-lagi mengecewakan.  Nggak tau kenapa kok malah max speed jadi naik sampe 1070 fps.  Speed yang di atas seribu juga banyak.  Jelas, bukan ini yang saya mau.
Yah, sambil mencari ide perbaikan, biarlah dipake dulu, barangkali perlu waktu supaya stabil.

2 bulan kemudian.
Baru kepikiran, apa mungkin ada gap yang cukup besar antara OD spring dengan ID piston ? sehingga vibrasi tinggi dan speed gak stabil.
Bongkar lagi ah... mungkin ilustrasinya kaya gini

Gap itu yang bikin vibrasi ama speed gak stabil.
Mungkin ini kenapa beberapa tuning di internet ada yang dipasangi piston sleeve, alias selubung.  Selubung dari plat tipis dipasang di menutupi per dan dimasukkan ke dalam piston.

Kayanya perlu dicoba nih, bahannya pake apa ya?  Ohh.. inget ada kaleng biskuit, kayanya bisa dipake.
Singkat kata dengan trial n error mengenai ukurannya.  Piston sleeve dari kaleng pun jadi dan dipasang.  Hasilnya :
840.7, 845.4, 857.0, 846.9, 846.6, 838.6, 862.9, 854.8, 843.1, 851.9, 840.8, 848.1, 855.7,  847.8, 844.0, 852.2, 840.7, 839.6, 845.9, 836.1, 843.4, 853.0, 842.4, 855.4, 852.5
Speed turun drastis, tapi fluktuasi cukup rapat.  Vibrasi ilang, recoil lembut.  Speed turun dikit dari harapan.  Nggak apa-apa lah, toh ini bedil bukan buat berburu.
Hmm.. hasil ini bisa saya terima. Done

Minggu, 14 Oktober 2012

Pasang tuning kit HW77

HW77 ini adalah senapan jenis spring pertama yang saya miliki.  Belinya bulan April tahun 2008 second dari seorang teman.  Ada 2 macam HW77.  Pertama adalah HW77 keluaran awal atau biasa disebut Early.  Jenis ini punya ciri nomor seri di bawah 1301036, diameter piston 25 mm dan popornya lebih ramping.  Sedangkan edisi selanjutnya biasa disebut Late, diameter piston 26 mm dan popornya lebih besar.
Kebetulan punya saya adalah yang Early buatan tahun 1986.



Pada kondisi bagus, senapan ini bisa menembakkan peluru sampai di atas 900 fps, sayangnya punya saya waktu itu hanya 800an fps.
Setelah browse kesana-kemari, belilah seperangkat tuning kit dari TW Chamber yang terdiri dari Klep, Top hat, per Ox, spring guide, Ultra grease dan Ultra lube.
Berikut ini cara bongkar pasang HW77 untuk upgrade dengan tuning kit.

Mulailah bongkar pasangnya.
Setelah popor dibuka, ketok 2 pin bagian belakang.  Jangan lupa pin safety dipegangi biar gak loncat.

Kalo udah lepas, kumpulin jadi satu biar gak ilang, terutama per untuk pin safety

HW77 punya pengaman untuk menghindari piston maju dalam kondisi cocking lever ditarik.  Namanya anti beartrap.  Nah sekarang waktunya anti beartrap ini dilepas
Yang disebut anti beartrap itu adalah plat yang lobang pada foto di atas.  Sewaktu dikokang, per kecil yang ada disitu menarik plat bagian atas ke belakang.  Plat ini akan menahan trigger sehingga tidak bisa ditarik.  Jago juga nih insinyur Jerman.
Baru setelah itu, blok bagian belakang bisa diputer.  Jangan lupa pake sarung tangan karena banyak sisi metal yang tajam.  Yang terpenting, jangan diputer sampe lepas karena tekanan pernya masih cukup besar untuk bikin kepala bocor. 

Sisakan minimal 3 ulir, dan pasang di spring compressor.  Putar pelan-pelan sambil ditahan sampai ulir lepas semuanya.   
Pada foto di atas keliatan ada lapisan putih.  Itu adalah tambahan saya pada tuning sebelumnya.  Spring guide aslinya juga bukan seperti ini.

Pada kondisi per lepas, piston tetap belum bisa dilepas, untuk ngelepasnya harus buka pin cocking lever.

Setelah pin dilepas (biasanya agak keras), baru piston (kanan) dan sliding compression chamber (kiri) bisa dicabut.

Lepas klep yang lama dengan obeng dan pasang klep yang baru (cukup ditekan pake jempol)


Sekalian part bagian dalam dipoles biar gerakan bagian dalamnya smooth sekaligus mengurangi vibrasi.  Kali ini  yang dipoles adalah blok belakang dan kedua ujung per yang baru.





Setelah semua kinclong, mulai siapkan pemasangannya.  Pertama bagian chamber dikasi pelumas, dikit aja

Trus daleman compression chamber sekalian pistonnya

Baru bagian luar per, top hat dan spring guide dilumasi pake Ultra grease.  Klo gak ada, bisa pake grease biasa tapi pilih yang kental bgt (tingkat kekentalan No 3)

Ini setelah semua siap dipasang.  Pertama kali masukin compression chamber dan piston duluan

Kemudian pasang pin cocking lever

Ternyata ada masalah.  Collar dari spring guide kegedean sekitar 1 mm, lubangnya diameter 30 mm.

Terpaksa harus diamplas dulu.  Keliatan gampang, aslinya makan waktu sampe 2 hari dikerjain sepulang kerja.

Kalo udah pas (jangan terlalu kendor) baru pasang pake spring compressor.  Baru dikencengin pake tangan.  Kalo senapannya belum pernah dibuka, biasanya sudah ngepasinnya.  Bisa dibantu pake gagang kunci inggris yang dilapis kain.

Kalo udah rapet, siapin trigger unit dalam kondisi terkokang dan pasang pin depan dulu baru  belakang 

Tarik picunya, kalo ada bunyi klik, artinya sukses. Kalo safety pin loncat, artinya gak sukses dan ada masalah yang cukup serius.
Pasang lagi popornya, beres deh.

Sekarang waktunya tes.
Tak posting terpisah aja ya..