Kamis, 22 Mei 2014

Bongkar pasang Hill Pump

Bagi pemakai hand pump, sering kali performa pompa mulai menurun setelah beberapa bulan digunakan.  Tanda-tanda penurunan ini terlihat dari udara yang susah masuk ke dalam tabung, handle pompa yang membal saat ditekan atau juga bocor.
Hand pump yang saya pakai selama ini adalah merek Hill buatan Inggris.  Beberapa waktu lalu mulai mengalami gejala rewel alias mokong a.k.a ogah-ogahan ngisi angin.  Coba deh saya bongkar.


Lepas dulu handle-nya
Pertama, lepas dulu handle-nya dengan kunci inggris, ato kadang diputer pake tangan aja sudah bisa lepas.



Lepas penutup bagian atas
 Lanjut dengan buka penutup atas dengan kunci pas ukuran 21 mm


Penutup atas sudah lepas, kotor banget.
Ati-ati di penutupnya ada oring yang super tipis, kalo putus bakal susah nyari gantinya.  Tutup bagian atas itu dihubungkan dengan as menggunakan pin kecil.  Buka dulu pin itu dengan punch 3 mm, mestinya nggak gitu keras, kecuali kotor kaya punya saya.  Terpaksa diketok pake palu.



Pin dilepas pake punch
 Setelah tutup atas sudah lepas, amankan oringnya sebelum tutup dibersihkan pake bensin.

Tutup atas dan oringnya

Pindah ke bagian bawahnya.  Beberapa teman bisa melepas tutup bawah tanpa alat bantu, tapi sewaktu saya coba, ternyata berat juga.  Terpaksa kunci pipa turun tangan.
 
Kunci pipa alias pipe wrench ato pethekol
Setelah tutup bawah lepas, baru pipa terluar bisa dilepas
Tutup bawah sudah lepas, pipa luar bisa ditarik
Jangan lupa part-part kecil disimpan tersendiri biar gak ilang.  Dijamin menyesal deh kalo ada yang ilang.
Pipa luar setelah dilepas

Sebelum tahap selanjutnya, sediakan tisu toilet buat membersihkan sisa grease.  Tisu saya pilih daripada kain karena tisu bisa membersihkan lebih baik dan juga bisa digunakan sekali pake.
Nah, sekarang kita buka bagian kakinya.  Siapkan kunci inggris dan kunci pas ukuran 24 kalo nggak salah.
Pegang di kedua sisi

Setelah bagian bawah dilepas, ada beberapa part kecil di dalamnya.  Jangan sampe lupa urutannya.
Urutannya jangan lupa
Bersihkan semua part metal dengan bensin, jangan lupa oringnya dilepas dulu.  Cek juga apakah ada oring yang rusak ato sobek.  Pada kasus pompa saya, oring semua utuh tapi ada salah satu yang sudah tidak bulat lagi penampangnya. Kondisi seperti ini susah dilihat, waktu itu sih saya kira-kira aja.

Ujung valve as dalam

Setelah semua lepas, bersihkan dengan bensin dan dikeringkan dengan tisu.  Cek apakah ada kerusakan pada bagian as, oring, pipa.  Lihat juga apa ada bagian permukaan kasar yang bisa merusak oring.

Setelah bersih, pasang kembali setelah sebelumnya diolesi silikon grease.


Jumat, 04 Oktober 2013

HW100 - Penurunan berat badan

Manusia emang nggak pernah puas.  Terakhir kali saya modif HW100 adalah dengan penggantian tabung FWB (seken tahun 2000) dan peredam custom.  Tiba pada suatu saat tabungnya jatuh sewaktu dilepas dan kaca pada manometernya pecah.  Terpaksa saya nabung buat beli tabung yang baru.  Setelah 2 bulan, datanglah si tabung baru, berwarna item doff dengan tulisan I/13.  Artinya dibuat bulan Januari tahun 2013. 
Tabung baru akhirnya datang juga.

Setelah dipake beberapa minggu, iseng tanya-tanya popor custom.  Biar murah, bikin di teman sendiri deh.  Model juga milih yang paling sederhana.  Setelah 3 bulan bedil saya ditinggal di rumah sang pembuat popor, selesailah popor idaman itu.  Nggak perlu saya post fotonya, yang jelas itu popor baru nggak bisa dipasang.  Yang lubang baut nggak pas, bautnya kurang panjang, kayunya ada sambungan.  Ente bayangin Bro, nunggu 3 bulan, sampe bedil ditinggal di sana.  Hasilnya nggak bisa dipake.  Coba waktu itu ada telpon nawarin KTA, pasti saya omelin dari Sabang sampe Merauke.

Ternyata nasihat teman banyak benarnya, pesanlah pada ahlinya.  Terpaksa saya menunda beli mimis, buat pesan popor ini.  Rencananya saya pesan di pengrajin popor di Solo yang sudah terbukti kualitasnya.  Program saya buat Bella kali ini adalah penurunan berat badan.  Popor asli si Bella beratnya 2 kg. Ada 3 pilihan kayu : manga, mahoni, waru.  Pokoke saya pilih yang paling enteng, Waru.  Cukup 2 minggu, datanglah si popor baru.  Setelah ditimbang, beratnya 1 kg persis.  Garapannya halus, ukuran gripnya pas dengan genggaman saya, jarak dengan trigger juga enak.  Hanya warna gelapnya yang saya kurang suka.
Udah berkurang 1 kg lagi beratnya.  Cuma popornya saya kurang suka

Setelah dipake lagi beberapa waktu, muncul lagi ide iseng : kayanya bisa dibikin lebih pendek dengan shrouded barrel nih.  Buka AutoCAD dulu... maklum dulunya saya cukup jago desain pake AutoCAD.  Cukup bikin line sana sini, offset sana-sini, trim ini itu, pasti jadi.  Yang Maha Kuasa berkehendak lain, Dia tidak mau hambanya sok jago.  Baru aja dibuka, ternyata AutoCAD udah kadaluwarsa. Terpaksa ambil kertas, bolpoin dan penggaris, kita pake cara lama.

Bikin sketsa ala kadarnya dengan kertas seadanya.  Yang penting bisa dipahami

 Sketsanya dipotret dan dikirim ke pakar senapan di Solo juga.  Dari hasil diskusi dengan beliau, disarankan drat asli jangan dibubut, tapi posisi bushing itu dibuat drat, sedangkan bushing nantinya di bagian belakang.  Saya OK saja, tinggal tega nggak ini laras ori dibubut kaya gitu.  Dengan mengucap Bismillahirohmanirrohim... laras saya kirim ke Solo dengan dan dengan sekalian pesan peredamnya
Setelah 2 minggu, laras dikirim balik seperti ini
Laras setelah datang dari Solo
 
Ternyata laras dibubut jadi OD 14mm, nggak 12 mm seperti yang saya minta. 
 
Setelah dipasang, baru ketahuan efeknya pada peredaman yang kurang bagus karena sedikitnya ruang ekspansi bagi udara.  Karena terlanjut nekat, sekalian saya cari tukang bubut aja buat ngurangi lagi jadi  12 mm.  12 mm ini mengacu pada HW100 yang FSB, di mana laras aslinya punya OD 12 mm.
Coret-coret lagi larasnya
Ini nih yang mau dibubut
 
Singkat kata, laras sudah dibubut, tinggal peredam dicat item doff menyesuaikan dengan tabung udaranya.  Kebetulan peredam ini aslinya tanpa finish, jadi warnanya kaya aluminium yang dipoles sampe mengkilat.  Terlalu blink-blink buat saya.
Tempilan final si Bella
 
Buat saya saat ini cukup lah, program penurunan berat badan si Bella ini cukup menguras dompet, tenaga dan waktu.  Lebih dari 6 bulan waktu yang dihabiskan untuk keseluruhan modifikasi ini.  Biayanya...  lumayan bikin saya terpaksa bertahan dengan HP butut.
Saat ini berat total si Bella adalah 3.3 kg include scope, panjang total termasuk peredam 101 cm.  Lebih pendek 10 cm dibanding sebelumnya.  Cukup ideal deh beratnya, program pelangsingan ini berakhir di sini.  Bella, tunggu adikmu yang sebentar lagi lahir, bantu cari nama yang bagus ya...
 





Senin, 17 Juni 2013

Anda membutuhkan hal-hal berikut?

Di blog ini saya juga coba membantu jika ada yang membutuhkan barang atau jasa sehubungan dengan senapan angin.  Untuk itu saya hanya menyediakan ruang promosi saja buat sellernya.  Seller yang masuk di sini hanya yang benar-benar saya kenal secara pribadi dan saya tahu sendiri barang yang dijualnya.  Mengenai barang atau jasa yang ditawarkan akan diupdate secara rutin.
1. Jasa pengisian senapan PCP/gas di Malang bisa kontak ke Aripin di 085755227177
2. Pemesanan lampu LED untuk chrony bisa kontak ke Aripin di 085755227177

Kamis, 16 Mei 2013

Membuat Spring Compressor jadi cantik

Spring Compressor bisa jadi alat wajib untuk bongkar pasang air gun jenis spring.  Spring Compressor yang saya punya saat ini adalah generasi ketiga yang saya buat.  Saya membuat Spring compressor generasi pertama sangat sederhana dengan pendorong  dari dongkrak mobil, sedangkan bedilnya diikat pake tali nilon.  Generasi kedua, pendorong dari C-clamp yang dipotong dan dibaut ke kayu landasannya.
Ini sedikit gambaran Spring Compressor generasi kedua, semua buatan sendiri tanpa ke tukang las.  Karena mekanisme penjepitnya dari samping, akan susah kalau digunakan pada senapan dengan body yang diameternya berbeda.  Hal ini karena body senapan jadi tidak center dengan pendorong. 
Penahan menggunakan teflon, dan dijepit dari samping

Generasi ketiga ini sudah agak niat bikinnya pake bantuan tukang las segala.  Kayu yang digunakan adalah kayu kamper, jadi jauh lebih kuat dibandingkan dengan generasi kedua yang pake kayu halus kiloan.
Generasi ketiga ini mekanisme penjepitnya dari atas alias vertikal.  Ini penampakan spring compressor generasi ketiga

Mekanisme penjepit dari atas, pendorong dilas ke plat dan dibaut ke papan dasarnya.
Kayu penahan sebelah kiri itu sengaja dibuat tidak permanen, jadi bisa diganti-ganti menyesuaikan ukuran laras dan bedil yang dipasang.
Sayangnya karena jarang dipake, dan ditaruh di luar, lama-lama timbul karat dan kayunya jamuran.  Munculah istilah spring compressor yang buruk rupa. 
Ada ide buat dipercantik, karena spring kompressor ini cukup berjasa dalam oprek-mengoprek springer.  Oke lah, saya bongkar dulu dan ini bagian-bagiannya

Papan kayu sebagai dasaran, tebal 1 cm panjang 50 cm, lebar 15 cm

Pendorongnya, dibuat dari Clamp C ukuran 4 inch, dilas ke plat dan dilubangi buat bautnya

Penahan bagian bawah dari teflon yang dilubangi bawahnya dan di tap M6

Siku penahan, dari besi siku 5 x 5

Mur, baut, ring dan teman-teman

Satu lagi yang nggak kalah penting adalah penjepit atas.  Semua material besi rencananya saya warnai, entah pake cat semprot atau bluing pake G96.
Penjepit atas, bluing paste dan cat semprot
Ide awal, akan saya bluing aja biar keren dan gak gampang ngelupas.  Pertama digerinda dulu sampe halus, kemudian diolesi pake bluing creme.  Singkat kata, semua material sudah di-olesi bluing creme.
Sementara papan kayunya diamplas halus kemudian di-finishing pake woodstain.

Proses finishing dengan woodstain
Sayangnya ternyata proses bluing tidak menghasilkan finishing yang sebagus hot bluing.  Terpaksa cat semprot turun tangan.  Supaya gak gampang ngelupas, semprot lagi pake clear.

Semua part siap dipasang.  Semua sudah mulus, kecuali teflonnya emang susah dibersihin
Baru deh pasang lagi bautnya seperti semula.
Lumayan cantik lah menurut saya, teflonnya aja yang perlu dibersihin

Kalo udah cantik gini, jadi sayang kalo ditaruh sembarangan.

Senin, 06 Mei 2013

Lampu untuk Shooting Chrony

Beberapa waktu lalu saya kesulitan untuk menggunakan Chrono di malam hari.  Ternyata perangkat ini punya kelemahan nggak bisa dipake saat malam hari.  Lampu penerangan jenis neon juga nggak bisa dipake karena ada kedipannya.  Alternatifnya adalah lampu pijar atau LED.
Kebetulan di rumah ada LED batangan sisa bikin lampu darurat, jadi muncul ide untuk membuat lampu untuk Chrono dengan LED sisa ini.

Pertama yang diperlukan tentunya LED batangan.  Masing-masing 12 titik.
LED 12 Volt yang saya gunakan, sekaligus kabelnya dipasang paralel

Supaya ringan, sumber tenaga saya pake 8 batere AA yang disusun seri.

8 Batere yang dirangkai seri dan digabung jadi satu.

Untuk mempermudah pemasangan di chrono, tempelkan velcro dibelakang LED maupun di bawah tudung chrono.
Pakai velcro untuk mempermudah pemasangan dan bisa dilepas kalau nggak perlu

Kalo sudah, tinggal dipasang.  Untuk pengetesan, saya coba di dalam rumah, muncul kode Err 2.  Sesuai manual book, Err 2 artinya poor light alias kurang cahaya.  Kalo di foto emang keliatan terang, itu karena flash-nya nyala.
Err 2 shows on screen; the second sensor did not detect the passage of the bullet. Same as above: poor light or poor alignment. 
Sekarang coba lampunya dinyalakan dan restart chrono.
Muncul simbol AL, artinya unit siap digunakan.

Selesai deh, walau si kecil selalu pengen ikut-ikutan nyoba.

Senin, 22 April 2013

Bongkar pasang Diana Panther 21

Sudah beberapa bulan saya punya Diana Panther 21 ini.  Tapi baru beberapa hari yang lalu sempat ngopreknya.

Secara keseluruhan bedil ini mirip dengan Diana 240,pendek dan ringan, cocok buat remaja.


Si Panther ini dari namanya keliatan garang, tapi sejatinya sangat lemah lembut. Secara keseluruhan nggak begitu panjang dan bobotnya enteng banget.  Mengenai spesifikasi nggak perlu saya sebutkan, kita bisa search dengan mudah.


Memang secara marking, bedil ini ada tulisan Made in Germany, tapi kalau dilihat di sana sini banyak beberapa ketidaktelitian manufacturing.  Terutama di boxnya, yang seperti menimbulkan dugaan bahwa bedil ini tidak dibuat di Jerman, paling tidak boxnya.

Marking Made in Germany
Popor sintetiknya berwarna hitam dan cukup nyaman digenggam.  Namun di beberapa titik ada bagian finishing yang kurang rapi.  Biasanya produk Jerman sangat teliti dengan kualitas dan finishing.

Yang lebih parah adalah boxnya.  Kalau kita sedikit teliti, beberapa tulisan bahasa inggrisnya ada kesalahan yang cukup fatal dalam penulisan.  Nggak Jerman banget lah.

Pada text box sebelah kiri tertulis ... is recommened... mungkin maksudnya  ...is recommended...
Pada text box yang kanan tertulis Byers and users.... mungkin maksudnya Buyers and users 
OK, itu mengenai penampilan.  Untuk velocity, saya baru nyoba dengan 2 macam pellet yaitu Superdome dan Geco.  Ini juga ngetesnya bulan lalu waktu lagi setting HW100.  Dan masih belum diinput di Excell.
Hasil chrono dengan mimis Superdome dan Geco.

OK itu hasil tes kondisi ori.  Ayo kita mulai bongkar.
Lepas baut pengikat popornya
Penutup belakang dan safety terbuat dari plastik bisa langsung dicabut.

Ada 2 pin pengikat, biasanya satu longgar, satu rapat.  Lepas dulu yang longgar.
Biasanya ada satu yang longgar, satu lagi rapet.
Dari powernya yang cuma rendah, saya yakin, tekanan pernya nggak gitu kenceng.  Karena itu untuk melepasnya, saya nggak pake spring compressor.  Ketok dulu pin kedua, punch akan masuk ke dalam menggantikan pin.  Kemudian hadapkan senapan ke atas kemudian cabut punch, bedilnya akan sedikit loncat.  Seperti dugaan saya, tekanan pernya nggak keras, jadi masih aman walau tanpa spring kompressor.

Untuk melepas pistonnya, perlu melepas pin pada batang pendorongnya.

Ketok pin bagian depan untuk melepas link pendorong

Lepas semua deh.  Pabriknya pelit banget ama grease, semua part nyaris kering.  Dilap pake tissu aja cuma kotor dikit.

Piston, link pendorong, per, spring guide, trigger unit

Diliatin dulu, bagian mana aja yang bergesekan, nah di situ nanti yang perlu smooth dan dikasih pelumas.  Biasanya piston itu bergesekan dengan chamber cuma di bagian pangkal dan ujung aja
Gosok dulu pangkal piston dengan amplas halus

Selain piston, ujung dan pangkal per juga perlu dibikin kinclong.  Biasanya saya pake gerinda, tapi waktu itu sudah malam, kuatir berisik, nggak enak sama tetangga.  Biasanya juga saya bikin mirror finish pake autosol, tapi kali ini cukup amplas, karena ada rencana pernya mau diganti yang lebih kuat.

Digosok manual pake amplas halus

Mumpung ngelepas per, sekalian aja diliat gap antara OD per dengan ID piston.  Ternyata gap-nya cukup lebar.  Jadi sekalian saya buatkan piston sleeve dengan material andalan saya yaitu kaleng Khong Guan.
Bikin mal dulu dari kertas kemudian potong kalengnya.


Kaleng Khong Guan, andalan dalam membuat piston sleeve

Nah, ukurannya sudah pas, tinggal dirapikan di dalam piston.  Tekan-tekan dengan per supaya rapat ke semua bagian dalam piston.  Olesi per dengan grease sebelum dimasukkan, jangan lupa bagian ujungnya juga diolesi grease. Gimana membedakan ujung sama pangkal dari per?  Coba masukkan spring guide ke kedua ujung per, nanti akan terasa ada yang rapet dan ada yang longgar.  Bagian per yang longgar itulah ujungnya alias yang depan.


Semua per diolesi grease kecuali pangkalnya.  Ini belakangan aja biar tangan gak belepotan.
Kemudian baru bagian pangkalnya diolesi grease termasuk spring guide.  Pasang piston ke dalam senapannya.  Pasang trigger unitnya dan pasang ke spring kompresor.  Sebenarnya tanpa spring kompresor juga bisa, tapi ternyata ada kendala dengan safetynya.  Ada plat di bagian dalam yang harus diposisikan di tengah sebelum safety dimasukkan. 
Pada tahap ini ada sedikit kesulitan menempatkan plat tersebut di tengah sementara trigger unit ditekan tanpa safety.  Hal ini karena plat tersebut longgar saat belum ditekan, tapi jadi rapat setelah ditekan.  Untuk memastikan plat tersebut selalu di tengah, safety harus dimasukkan.  Kalau safety sudah dimasukkan, trigger unit tidak bisa ditekan ke lantai. 
Terpaksa deh pasang di spring kompresor dan lakukan beberapa penyesuaian.  Sebelumnya, spring kompresor ini dipake untuk melepas D56 yang guede, jadi untuk dipake sama si Panther ini perlu beberapa penyesuaian.

Setelah terpasang di spring kompresor saya yang buruk rupa
Puter sampai pin pengunci bisa dimasukkan, kemudian pasang keduanya.  Langkah terakhir, pasang kembali pin di link pendorongnya.

Pasang link pendorong setelah diolesi grease
Alhamdulillah selesai juga.  Langsung dites, hasil tembakannya smooth, nyaris kaya bedil pompa.
Belum tes chrono karena ternyata besoknya per yang buat upgrade udah datang.

Perjalanan berlanjut...
Per bekas HW97 dari seorang teman akhirnya datang juga.  Per ini dulu yang saya ganti sewaktu HW97nya minta ganti per baru.  Per ini patah di kedua ujungnya.  Per HW97 punya diameter coil yang lebih gede dan lebih renggang.  Tentunya nanti speed meningkat.
Per HW97 bawah yang sudah patah.  Panjang sebenarnya kira-kira masih ditambah 2 cm.

Karena kedua ujungnya pernah patah, maka perlu dirapiin dikit sebelum dipake.
Dipanasi pake torch kira-kira 1 ulir

 Pertama dipanasi dulu sampe agak merah, kemudian ditekan atau dijepit dengan tang

Jepit dengan tang sampe keliatan lurus

Setelah dijepit dan agak lurus, baru setelah itu digerinda sampai rata.  Kemudian per dipotong sesuai dengan panjang per aslinya.  Kalau mau juga bisa sekalian dipoles biar kinclong.
Dipoles tapi ya nggak kinclong banget
Kali ini nggak perlu melepas piston, per langsung masuk.  OD masih muat, spring guide juga bisa masuk.
Tes dulu mana yang masuk di depan
Kali ini spring kompresor benar-benar perlu karena pernya lebih gede.  Terpaksa dilakukan modif dadakan pada spring kompressor supaya bedilnya muat.
Spring kompresor ditambahkan ganjal di beberapa tempat supaya bedil imut ini muat di situ
Selesai deh, tes dulu handlingnya nyaman apa nggak     Secara cocking effort lebih berat, hentakan juga cukup keras sampe bedilnya terasa terdorong ke depan. Mestinya kencang nih.  Tembakin dulu sekitar 50 kali sampai nggak dieseling.  Maksudnya sudah nggak berasap lagi.

Hasilnya dengan mimis Geco : 557, 568, 547, 566, 557.   Nyaris nggak ada beda dengan per asli. Cape dehh...  Penambahan speed 20 fps dengan recoil yang cukup keras sepertinya nggak sebanding...

Nggak lama kemudian saya putuskan untuk dibongkar lagi dan balik ke per aslinya.  Kemudian ambil secangkir Milo panas, tiup dulu baru disruput sambil mikir, kenapa kira-kira ya kok nggak bisa kenceng.....

Panther21 adventure continues...