Senin, 15 April 2013

Cara pemasangan scope pada senapan

Memasang scope pada senapan emang gampang-gampang susah.  Keliatan gampang tapi ternyata suatu saat muncul masalah.  Masalah yang selama ini pernah saya temui saat pemasangan scope :
- Mounting tidak align kiri-kanan --> Ini akibatnya kita terlalu memaksakan memutar turret scope  ke salah satu sisi untuk kompensasi mounting yang tidak align.
- Pemasangan scope tidak benar-benar vertikal --> pada jarak dekat, hal ini tidak terasa.  Tapi kalau dicoba pada jarak jauh, efeknya baru terasa.

Sebenarnya masih banyak masalah dalam pemasangan scope.  Namun dalam tulisan kali ini, saya hanya membahas 2 masalah di atas.  Cara yang saya pakai ini berdasarkan beberapa referensi yang saya baca dan trial yang saya lakukan sendiri.

Seringkali selesai memasang scope, saat dites tembakan menceng ke kiri atau kanan secara ekstrem.  Pada kondisi seperti ini yang saya lakukan adalah membalik mounting dan mencoba lagi.  Kalau masih menceng, terpaksa mounting diganti.  Ini terutama dialami oleh mounting 2 piece yang kualitasnya kurang bagus.
Untuk itu perlu suatu alat untuk alignment mounting 2 piece.  Alat yang saya gunakan adalah sepasang rod stainless steel yang dilacipkan ujungnya.

Sepasang silinder lancip yang digunakan untuk alignment.  Bikin dari stainless steel

Kebetulan saya mau ngoper scope Hawke Frontier yang nangkring di HW77 ke HW100 yang sekarang ditunggangi oleh Bushnell XLT.  Sementara mountingnya tidak dipindah, HW77 tetap pake Marcool, HW100 tetap pake Leupold.
Jadi di sini ada 2 macam mounting yaitu merek Marcool dan merek Leupold.  Alat pada foto di atas digunakan untuk mengecek alignment mounting 2 piece.  Pemakaiannya adalah sbb :
Secara vertikal terlihat align.  Maksudnya atas-bawah tidak ada gap
Sekarang dilihat dari atas.
Secara kiri-kanan sepertinya sedikit ada gap.  Ini buktinya kalau mounting nggak align kiri-kanan

Sementara itu saat mengecek alignment mouting Leupold, hasilnya adalah sbb :
HW100 pake mounting Leupold, kedua ujung lancip align secara vertikal


Sedangkan saat dilihat dari atas, keduanya juga bertemu dengan rapat
Dilihat dari atas juga kelihatan align secara horizontal

Dari contoh itu kelihatan mana yang kualitasnya bagus dan mana yang kurang.  Sebenarnya mounting Marcool ini saya pilih dari beberapa pasang yang saya punya, dan pasangan itu yang paling bagus.

Kesimpulan saya dari pengalaman ini adalah : Untuk memasang scope, usahakan mounting terpisah sejauh mungkin untuk mengurangi kemungkinan scope menceng.  Ini karena semakin lebar jarak antar mounting, maka kemiringan mounting akan makin kecil.

Masalah berikutnya adalah pemasangan scope pada mounting.  Sesuai saran pabrik pembuatnya, sebelum dipasang, scope harus dipastikan optical center.  Maksudnya, windage dan elevation berada pada tengah-tengah.  Caranya yang pertama dengan menghitung jumlah klik turet dari paling maju sampai paling mundur.  Kalau nggak salah waktu itu jumlahnya 320 klik.  Jadi untuk mendapat optical center adalah pada posisi setengahnya yaitu 160 klik.  Setelah itu baru dipasang ke mountingnya.

Pada pemasangan scope ini, kadang kita susah memastikan apakah scope sudah vertikal terhadap body senapan.  Hal ini penting khususnya untuk menembak jarak jauh.  Gampangannya gini.  Pada saat menembak jarak jauh, cross hair akan diangkat di atas target.  Misalnya pada scope mildot, katakan diangkat sebanyak 4 dot.  Pada scope yang gak vertikal, yang terjadi adalah seperti ini : Target kita posisikan pada dot ke empat, sementara dot ke empat itu tidak benar-benar vertikal dengan cross hair.  Sedangkan saat ditembakkan, mimis akan turun secara vertikal.  Dengan begitu, POI akan geser ke kiri atau ke kanan.

Untuk mengurangi error masalah vertikal ini ada beberapa cara.  Saya dulu pake waterpas di senapan, kemudian garis vertikal recticle diluruskan dengan benang yang digantungi bandul.  Metode ini saya gunakan cukup lama, tapi ada kendala yaitu saat kita fokus ngelihat benang, ternyata posisi bedil sedang dalam keadaan miring.

Akhirnya dari beberapa referensi, ada ide untuk memakai 2 buah waterpas.  Yang satu dipasang di senapan, sedasngkan satunya dipasang di scope.  Jika gelembung air keduanya berada pada level yang sama, kemungkinan besar senapan dan scope sudah align.  Pada metode ini, masalah yang muncul adalah, kadang sebuah senapan maupun scope tidak punya bagian yang rata untuk penempatan waterpas. 

Begini pemasangan di HW100.
Tempelkan waterpas pada bagian yang rata pada senapan maupun scope.  Nempelnya bisa pake double tape atau selotip.  Kemudian scope diputer-puter sampai level kerataannya sama dengan level senapan.
Metode inilah yang saat ini selalu saya pakai.  Bukan yang paling baik, tapi yang menurut saya mudah, murah dan hasilnya lebih presisi.  Jika teman-teman ada yang punya metode lainnya silakan di share di sini buat berbagi ilmu.

Sekarang waktunya zero dulu.....

Rabu, 13 Maret 2013

Setting Power HW100 - Part 2 Hasil Chrono

Setelah dicoba beberapa kali setting, berikut ini hasil tes speed.  Belum sempat masukin ke excell, tapi sekedar informasi saja, sekaligus biar catatannya nggak ilang.
Metode Tes seperti ini :
Mimis Baracuda Match, Tabung ori dari tekanan 200 bar diisi pake Hill pump.

Pertama dilakukan tes sesuai settingan terakhir yaitu tekanan regulator 93 bar dan settingan hammer 1.5 putaran CCW dari standar.  Ternyata dari hasil tes 1 magazine (14 shot) speed tidak sampai 850 fps (sekitar 790an).
Baut hammer diputar lagi maju 1/4 putaran, tes 10 shot, hasilnya sekitar 805 fps.
Putar lagi baut hammer 1/4 putaran, tes 10 shot dapat sekitar 810 fps.
Putar lagi maju 1/4 putaran, tes 10 shot dapat sekitar 812 fps.
Tekanan regulator 93 bar, variasi settingan hammer pada putaran baut dihitung dari standar : 540 derajat CCW, 450 derajat CCW, 360 derajat CCW dan 180 derjat CCW

Kesimpulannya, pada tekanan regulator 93 bar, speed tidak bisa naik sampai 850 fps.

Kembali regulator dibuka dan disetting pada tekanan 110 bar.  Settingan hammer tetap pada settingan terakhir 180 derajat (1/2 putaran) CCW dari settingan standar.
Hasilnya dapat 60 shot dengan speed pada kisaran 855 fps.

Tekanan regulator 110 bar, settingan hammer 1/2 putaran CCW dari standar

Sepertinya masih bisa diturunkan supaya jumlah shot bertambah.  Karena itu saya coba mundurkan hammer 1/2 putaran lagi (360 derajat dari standar).
Hasilnya bisa 75 shot efektif.  Saya coba teruskan sampai 80 shot, ternyata speed sudah turun ke 824 fps.

Shot ke 75 speed 832 fps, sementara tertinggi 855 fps.  Tembakan pertama kosong karena lupa nyalain chrono, tembakan ke 29 kosong karena magazin kehabisan mimis.
 Untuk saat ini saya puas dengan hasil segitu, jadi dalam waktu dekat tidak akan setting power lagi.
Oh ya.. karena manometer beli yang murahan, walaupun baru belum tentu 110 bar itu benar-benar 110 bar.  Mungkin berikutnya saya coba ganti pake manometer yang bagusan.

Terakhir, kalau ada yang mau bantuin input data ini ke Excell, saya akan sangat berterima kasih.  Karena dengan begitu bisa dihitung berapa average speed, extreme spread, min dan max speed.  Terima kasih sebelumnya.

Atas kebaikan seorang teman di FB yaitu Mas Fain yang sekaligus Admin KOMSAS, data tersebut diinput ke Excell dan keluarlah shot stringnya.  Terima kasih banyak mas, semoga berguna juga buat yang lain juga.

Dengan begini ketahuan hasilnya :
Average : 842.7 fps (bukan 845 seperti perkiraan saya)
Max : 858.3 fps (sepertinya mata saya yang burem, gak keliatan kalo ada yang 858.3 fps).  Walaupun nilai segini hanya muncul sekali tapi merusak ES (Extreme Spread)
Min : 839.6 fps
ES (asumsi 73 shot) : 858.3 - 839.6 = 18.7 fps (Oalah tembakan ke 25 ini bikin jelek aja)

Rencananya spring washer regulator akan saya buka, dan dilumasi dengan silicone grease, semoga saja nantinya bisa menurunkan ES.

Kecepatan mulai turun di tembakan ke 74 yaitu di speed 834.3 fps, dan selanjutnya turun drastis.  Pertimbangannya adalah shot terendah saya anggap pada tembakan ke 67 (839.6 fps), sehingga di bawah itu, artinya kecepatan sudah turun karena tekanan tabung yang berkurang.

Dari shot string ini terlihat efek regulator pada PCP, grafik terlihat datar sampai tekanan tabung sama dengan settingan regulator.  PCP lokal non regulated yang pernah saya tes menghasilkan shot string yang cenderung membentuk kurva naik kemudian turun.


Sekali lagi, Terima kasih banyak berkenan memperkaya blog ini.

Jumat, 01 Maret 2013

Setting power HW100

Setelah si Bella - HW100 saya - ganti laras pendek, saya masih penasaran gimana cara setting power pada senapan ini.  Tujuan utama adalah supaya jumlah tembakan bertambah dengan speed sekitar 850 fps pake Baracuda Match.  Waktu itu setelah baut regulator sudah dikurangi setengah putaran CCW, tapi tentu saja setting seperti itu tidak terukur alias hanya kira-kira.
Timbul ide untuk bikin manometer yang bisa ngukur tekanan dalam regulator.  Sebelumnya saya mau cerita sedikit mengenai cara kerja regulator HW100.

Sama seperti di LPG, fungsi regulator adalah untuk membuat tekanan jadi stabil.  Pada HW100, saat tabung dipasang, akan terdengar suara seperti siulan.  Siulan itu timbul saat udara berpindah dari tabung utama ke dalam regulator.  Jika tabung utama bertekanan 200 bar, maka mekanisme di situ akan mengurangi tekanan udara yang masuk ke dalam regulator sampai tekanan tertentu.  Tekanan tertentu ini bergantung pada tipe senapannya.  Dari beberapa referensi yang saya baca, tekanannya bervariasi ada yang 80 ada juga yang 120 bar.  Ini tergantung pada FAC ato bukan, laras panjang apa pendek.

Setting power pada HW100 ini bukan hanya ditentukan oleh regulator, tapi juga oleh kekerasan per hammer.  Pada tekanan regulator tertentu, jika dipukul oleh hammer yang keras powernya akan naik.  Begitu juga dengan tekanan hammer yang konstan, regulator dengan setting tekanan tinggi akan menghasilkan power yang lebih besar.

Sekarang kita mulai bongkar HW100nya.
Copot baut allen untuk melepas larasnya

Lepas trigger unit
Lepas hammer unit.  Kadang baut sudah lepas tapi gak mau copot, bisa diketok-ketok pake palu karet.
Hammer unit sebenarnya bisa dilepas tanpa melepas trigger unit, tapi karena posisi bautnya agak terhalang, sebaiknya trigger unit dilepas juga.


Baru baut settingan regulator bisa terlihat
Baut settingan regulator bisa kelihatan setelah hammer unit dilepas.  Supaya tidak berubah dari posisi aslinya, di bagian ini awalnya saya beri tanda pake tipe ex.  Tapi karena kuatir tandanya hilang, sekalian saya gores dengan penggores logam.

Melepas valve assembly

Di bagian valve assembly, ada semacam penutup yang dilengkapi oring supaya kedap udara.  Biasanya oring ini rusak karena sewaktu dipasang emang dibikin rapet banget.  Kebetulan punya saya pas dipasang lagi tidak ada tanda bocor, jadi walau rusak tetap saya pasang.
Oringnya penyet

Untuk ngukur tekanan regulator, kita perlu bikin adapternya dulu.  Adapter dari manometer menjadi ulir M6.
Kebetulan saya sudah bikin


Manometer dan adapter yang mau dipasang.  Lubang pemasangannya ada di bawah, kondisi aslinya ditutup pake baut allen.
 .
Rencananya begini.  Saya coba dulu ukur dulu tekanan regulator sesuai settingan pabriknya.  Baru saya buka lagi untuk memutar baut pengaturnya sebanyak setengah putaran CCW (berlawanan jarum jam).  Kemudian diukur lagi sampai ketemu tekanan 95 bar.  95 bar itu dapat dari beberapa forum luar.  Katanya kalau laras pendek mau dapat jumlah tembakan banyak, tekanan regulator disetel segitu.

OK, kita lanjut bongkarnya.  Buka baut kecil di bagian bawah regulator assembly, ati-ati ada ball bearing di situ yang agak susah dikeluarkan.  Di dalam lubangnya juga ada oring kecil, nggak usah dikeluarin, tapi jangan sampe hilang.

Baut allen dan ball bearing sudah dikeluarkan

Baru pasang menometernya.  Disitu saya tambahkan seal tape supaya gak bocor.  Hati-hati, tenyata ulir di lubangnya nggak full sampe bawah.  Jadi saat pemasangannya jangan rapet-rapet.

Manometer sudah terpasang
  Nah sekarang baru pasang tabungnya.  Pertama kali dipasang agak ngeri juga, tekanannya naik cukup tinggi sampe hampir 150bar.  Untung buru-buru saya copot lagi disertai sedikit jantungan.  Ini ternyata yang bikin bedil boros.  Gila juga settingan pabrik hampir 150 bar, pantesan gak nyampe garis kuning, power udah drop.

Bongkar regulator lagi, putar setengah putaran CCW, dapat sekitar 105 bar.  Bongkar lagi, putar sedikit CCW, ukur lagi dapat 93 bar.  Udah biarin segini aja, males bongkar lagi.

Tekanan regulator 93 bar.  Beda dikit dari rencana 95 bar

Setelah didapat tekanan regulator 93 bar.  Sekarang baru nyoba dapat berapa shot dari 200 bar ke 120 bar.  Sengaja belum ngukur speed karena sudah malam, biasanya chono gak bisa dipake kalo malam.  Rencananya kalau sudah dapat jumlah tembakan yang banyak, baru speed diukur.  Kalo ternyata gak nyampe 850 fps, tinggal setting hammer aja.

Sekalian saya putar baut setengah putaran CCW  Dari 200 bar ke 120 bar, dapat 35 shot.  Dengan begitu, setting hammer masih perlu dibikin pelan.

Pertama cara bongkar hammer :
Buka dulu penutup belakangnya, kemudian kokang full dan tarik sedikit settingan hammernya (warna silver)

Kokang full, dan tarik setelan hammer.
 Sebenarnya baut setelan per hammer sudah keliatan, tapi dari baut ini dikasih locktite dan diperkuat oleh baut mini (grub screw).  Karena itu untuk melepasnya perlu agak bersusah payah supaya gak ada yang rusak.

Pertama harus melepas engsel cocking lever.  Ini juga agak susah, karena lubangnya nggak center dengan  pin engselnya.  Kita perlu punya 2 macam center punch, lurus dan melengkung.  Untuk center punch lurus saya sudah punya diameter 2mm, ato bisa juga pake paku yang ditumpulkan.  Sedangkan center punch melengkung saya bikin dari paku rivet ukuran  2 mm.


Center punch lurus dan melengkung diameter 2 mm

Pertama pin engsel diketok pake yang lurus

Dari foto ini keliatan lubang pin tidak lurus.  Diketok pake center punch lurus, cuma keluar 5 mm

Baru dilanjutkan dengan yang melengkung

Dilanjutkan dengan paku rivet yang melengkung untuk mengeluarkan pin sampe 1 cm.  Gak perlu sampe pin lepas, cocking lever bisa keluar.

Setelah itu baru setelah per bisa dicopot dengan mudah

Setelan per setelah lepas dari chamber

Lepas baut allen (grub screw) imut penahannya dengan kunci L jenis inch yang paling kecil (lupa ukurannya)

Grub screw yang imut, ati-ati ilang

Setelah itu kasi tanda pada baut dan rumahnya supaya tau settingan awal di mana.  Jadi kalo ntar tuningnya gagal, semua bisa dibalikin settingan pabrik.  Awalnnya marking ini saya buat dengan tipe ex, karena kuatir ilang, sekalian aja pake penitik yang biasa dipake kalau mau ngebor


Marking tipe ex yang bawah, marking permanen yang atas

Sesuai referensi yang saya baca, baut setelan ini cukup keras kalau diputar.  Sebenarnya bisa dipaksa kalau housingnya diragum.  Tapi karena kuatir lecet dan mau ngikut prosedur yang benar, saya ikut saran dari forum yaitu dipanasi.

Ternyata nggak perlu sampe lama, baut sudah bisa dikendori.  Dan dalemannya penuh bekas locktite.  Jadi perlu dibersihin dulu pake bensin.

Putar lagi baut hammer setengah putaran CCW (total 1 putaran).  Hasil tes dari 200 bar ke 120 bar dapat 45 shot.
Tidak perlu bongkar hammer lagi, kali ini cukup tutup belakang karena grub screw dikendorin.
Putar lagi setengah purtaran CCW (total 1.5 putaran dari settigan pabrik).  Dari 200 bar ke 120 bar dapat
63 shot.

Saya rasa cukup dulu lah.  Setelah ini baru tes speed.  Nunggu hari Minggu ya, males ngeset lampu klo mau pake chrono malam-malam

Senin, 29 Oktober 2012

Bikin Pellet trap sendiri (DIY)

Mungkin ada di antara kita yang pengen latihan nembak di dalam rumah.  Kalo saya sih sering terutama kalo pas lagi home alone.  Kalo dulu kertas target ditempel di tumpukan koran, baru ditembakin.  Kadang bigung juga korannya harus digantung di mana dan gimana gantunginnya.  Selama ini sih gantungin korannya pake gantungan baju.  Yah, namanya juga seadanya.

Timbul ide buat bikin pellet trap yang sederhana aja.  Yang penting bisa dipake nembak di dalam rumah dengan aman.  Bahan-bahan harus seadanya dan bisa dibuat dengan mudah dan cepat.
Mulai tengak-tengok di gudang ada apa aja.  Ternyata masih ada papan kayu halus sisa bikin ayunan buat si kecil.  Panjangnya 1,5 meter dengan tebal 15 mm.  Hmmm... kayanya bisa dimanfaatkan.

Bikin lah coret-coretan ukurannya sambil disesuaikan dengan ketersediaan kayunya.  Diusahakan gak banyak-banyak motong kayunya.  Males aja sih, karena bikinnya malam-malam.  Bahan-bahan yang diperlukan sbb :
- kayu halus tebal 15mm, panjangnya 1,5 meter tapi sisa banyak.
- Gergaji kayu
- Sekrup panjang 3 cm
- Obeng
- stop map bekas
- ban luar mobil (saya sih ambil dari bak sampah yg gak kepake)
- bor listrik
- engsel (terpaksa beli dulu, lupa harganya, yang jelas murah)
- ring gantungan (gak tau ini namanya benar apa nggak, liat aja fotonya)

Foto-foto berikut ini bukan proses sebenarnya tapi rekonstruksi setelah pelet trapnya jadi.

Bahan papan kayu dipotong sesuai sketsa, gampang lah, cuma bikin persegi panjang aja.  Sebenarnya lupa ukuran tepatnya.
 Siapin lubang buat sekrupnya kemudian pasang bagian dasar dan samping kiri kanan.

Bagian dasarnya disekrup dengan salah satu sisinya.
 Pasang sisi sebelahnya juga, hingga bentuk huruf U.
Bagian dasar, sisi kanan dan kiri udah nempel.
Sekarang tinggal bagian atas sama stoppernya.  Ide saya stoppernya dibuat miring sekitar 45 derajat dan bisa berayun untuk mengantisipasi senapan kecepatan tinggi.  Potongan ban bekas dipasang juga di bagian depan dengan sekrup.

Agak susah masang engselnya supaya bisa berayun dengan lurus.  Tipsnya : pasang dulu engselnya di papan stopper, baru dicoba-coba diayunkan dengan bantuan penggaris.

Kalau berayunnya sudah lurus, baru dipasang.  Sekalian pasang ring buat gantungannya

Ambil jepitan dari stop map bekas dan pasang dengan sekrup di bagian depan untuk jepit kertas targetnya.
Jepitan kaya gini bisa berguna buat jepit kertas targetnya
Sip lah, siap dites.  Pertama ditembakin dari jarak 5 m pake Sharp Ace (500an fps) mimis superdome (dilingkari biru).  Tes juga ditembak pake HW77 (880 fps) mimis superdome juga (dilingkari warna merah).
Hasil tes ditembak pake superdome di jarak 3 m.  Lingkaran biru dengan speed 500an fps, lingkaran merah dengan speed 880 fps.  Tembakan 500 fps sama sekali tidak melukai karet ban, cuma catnya aja ngelupas.  Tembakan 880 fps pelurunya nancep tapi nggak tembus.  Mungkin kalo ditembak 3-4 kali di tempat yang sama bisa tembus juga.
Cek sasaran apakah ada yang tembus
Gak ada mimis yang tembus sampai ke bagian kayunya.
Ada satu masalah, mimis setelah kena karet ban akan terpental mengenai papan bagian dasar dan mental lagi ke atas.  Karena itu sebaiknya pastikan sudutnya tepat dan aman.  Tepat di sini bukan tepat 45 derajat, tapi dari hasil coba-coba, mana sudut stopper yang paling aman. 
Jangan terlalu tegak, karena patulan mimis bisa kembali ke penembak.  Pantulan mimisnya bisa sampe 5 m loh, kalo terlalu tegak.  Usahakan minimal 45 derajat supaya jatuhnya mimis gak jauh-jauh.
Pastikan dites dulu dan aman baru dipake.

Sabtu, 27 Oktober 2012

Sharp Tiger - Modifikasi buat visiran

Mungkin saya sedikit cerita dulu mengenai senapan pompa yang saya punya.  Tahun 2003, saya beli Sharp Innova yang sudah saya cita-citakan selama beberapa tahun.  Tahun 2009 saya beli Canon 737, dan hanya digunakan untuk nembak cicak pake visir.  Awal tahun ini kedua senapan pompa tersebut saya hibahkan ke seorang teman, karena lagi demam springer dan PCP.

Ternyata populasi cicak semakin merajalela, dan saya bingung mau ditembak pake bedil apa.  Gak mungkin nembak cicak pake HW100 atau Beeman R1 karena tentu temboknya pada bolong.

Okelah, saya beli Sharp Tiger aja, khusus buat visiran.  Rencananya nanti mau saya upgrade biar gak standar-standar banget.  Beli Sharp Tiger short, waktu itu harganya 460 ribu, langsung mikir kira-kira modifikasi apa yang cocok.  Akhirnya diputuskan :
- Ganti laras, gak usah mahal-mahal, minimal bisa kena cicak di 15m pake visir. (150 rb)
- Ganti tabung dobel sil (70 ribu kalo gak salah)
- Pasang ring pemegang laras (70 ribu)
- Ganti piston dengan lapisan teflon (35 ribu kalo gak salah) karena penyakit Sharp Tiger setelah 2 minggu biasanya bunyi kreot-kreot
- Ganti trigger match (custom, susah ngitung biayanya)
- Ganti popor sport (350 ribu)
- Pasang adapter peredam yang sudah ada visir depannya (70 ribu)
- Ganti visir belakang pake punya Canon 737 (bekas yang lama)
- Ganti reveiver yang stainless steel (350 ribu)

Semua modifikasi dilakukan di gunsmith langganan di Surabaya.  Seperti sebelumnya, GS langganan saya ini prinsipnya alon-alon asal kelakon.  Bedil dan partnya saya serahkan sebelum Idul Fitri, dan baru selesai setelah Idul Adha.  Ini penampakannya
Tampang keseluruhan Sharp Tiger yang sudah modifikasi.  Visir belakang belum ada.

Ring pemegang laras plus adapter peredam dengan visir depan

Receiver diganti model grendel stainless steel.  Buntut yang aluminium itu bonus dari sellernya.


Kebetulan kurang suka popor motif loreng, jadi pilih yang motif semburat gini.

Trigger custom, bikin tarikan makin mak nyuss.  Bisa-bisa dipake bersin aja udah meletus.

Hasil chrono juga lumayan : 460 fps (2x pompa), 710 fps (4x pompa).
Tapi emang semua gak ada yang sempurna, untuk handling buat saya kurang nyaman.  Jarak antara grip dengan trigger terlalu jauh.  Dan satu lagi, comb (dudukan pipi) popornya cukup tinggi.  Ini nyaman kalo pake scope tapi  kurang cocok buat visiran.
Laporan akurasi menyusul ya, saya buatkan posting terpisah.

Selasa, 23 Oktober 2012

Bangkai springer - Pecinta bedil per jangan nangis ya

Sewaktu jalan-jalan ke Pasar Baru, sempat ada pemandangan yang menyedihkan terutama bagi penggemar bedil per.  Di situ teronggok beberapa body bedil per yang sudah dijagal larasnya.

Coba saya identifikasi mulai dari kiri, mohon dikoreksi kalau ada yang salah dan masukannya untuk yang masih kurang :
1.  Enggak tau
2.  Diana (nggak tau seri berapa tapi kalo dilihat dove tail yang tempelan, sepertinya bangkai dari Diana)
3.  Nggak tau juga (tapi sepertinya FWB 124)
4.  Kalau dilihat bentuk stopper di dove tail, sepertinya Feinwerkbau 124
5.  Kalau dilihat bentuk stopper di dove tail, sepertinya Feinwerkbau 124
6.  Nggak tau
7.  Kalau dilihat bentuk stopper di dove tail, sepertinya Feinwerkbau 124
8.  Kalau dilihat bentuk stopper di dove tail, sepertinya Feinwerkbau 124
9.   Kemungkinan BSA Airsporter kalau melihat model kran pengisi peluru
10. Enggak tau
11. Enggak tau

Walaupun banyak nggak taunya, jelas-jelas bangkai Feinwerkbau 124 yang paling banyak di sini.  Mungkin karena akurasinya yang melegenda.  Buat yang masih punya FWB 124, tolong dijaga, karena bedil ini terancam jadi barang langka.

Pistol Luger P08 di Malang

Saat nganter ponakan ikut lomba lukis di Museum Brawijaya Malang, iseng-iseng ngliat ke dalam museum.  Di sana dipajang berbagai macam senapan dan pistol.  Mulai dari yang senapan mesin berpendingin air, BREN, Sten gun sampe pistol bikinan Jepang.  Yang menarik buat saya adalah 4 pucuk pistol Luger P08 dalam kondisi bagus.




Kita tau, pistol ini adalah jatah perwira tentara Jerman dalam Perang Dunia 2.  Konon pistol ini didesain tetap akurat hingga 100 tahun.  Desainnya unik dan proses pembuatannya rumit.  Mungkin itulah alasan kenapa pistol ini jadi suvenir favorit bagi tentara Sekutu yang bertempur di Eropa saat itu.

Pertanyaannya, kenapa pistol Jerman bisa nangkring di sana, padahal yang saya tau, Jerman gak pernah menjajah Indonesia.

Cukup lama juga saya search mengenai hal ini, sampai dengan menemukan sebuag blog mengenai Nazi Jerman.  Yang mana pengetahuan penulisnya mengenai Nazi Jerman sangat luar biasa.  Saya coba kirim email kepada beliau untuk mengobati rasa penasaran.

Jawaban beliau cukup singkat dengan sebuah link ke suatu artikel.  Ternyata setelah Perang Dunia 2 selesai, Luger P08 ini diproduksi ulang di Inggris.  Dan kemungkinan pistol ini dibawa ke Indonesia saat perang kemerdekaan.

Oalah ternyata sudah ada orang lain yang menanyakan hal yang sama dan juga memajang foto Luger P08 di Museum Brawijaya Malang.