Sudah beberapa bulan saya punya Diana Panther 21 ini. Tapi baru beberapa hari yang lalu sempat ngopreknya.
|
Secara keseluruhan bedil ini mirip dengan Diana 240,pendek dan ringan, cocok buat remaja. |
Si Panther ini dari namanya keliatan garang, tapi sejatinya sangat lemah lembut. Secara keseluruhan nggak begitu panjang dan bobotnya enteng banget. Mengenai spesifikasi nggak perlu saya sebutkan, kita bisa search dengan mudah.
Memang secara marking, bedil ini ada tulisan Made in Germany, tapi kalau dilihat di sana sini banyak beberapa ketidaktelitian manufacturing. Terutama di boxnya, yang seperti menimbulkan dugaan bahwa bedil ini tidak dibuat di Jerman, paling tidak boxnya.
|
Marking Made in Germany |
Popor sintetiknya berwarna hitam dan cukup nyaman digenggam. Namun di beberapa titik ada bagian finishing yang kurang rapi. Biasanya produk Jerman sangat teliti dengan kualitas dan finishing.
Yang lebih parah adalah boxnya. Kalau kita sedikit teliti, beberapa tulisan bahasa inggrisnya ada kesalahan yang cukup fatal dalam penulisan. Nggak Jerman banget lah.
|
Pada text box sebelah kiri tertulis ... is recommened... mungkin maksudnya ...is recommended...
Pada text box yang kanan tertulis Byers and users.... mungkin maksudnya Buyers and users |
OK, itu mengenai penampilan. Untuk velocity, saya baru nyoba dengan 2 macam pellet yaitu Superdome dan Geco. Ini juga ngetesnya bulan lalu waktu lagi setting HW100. Dan masih belum diinput di Excell.
|
Hasil chrono dengan mimis Superdome dan Geco. |
OK itu hasil tes kondisi ori. Ayo kita mulai bongkar.
|
Lepas baut pengikat popornya |
Penutup belakang dan safety terbuat dari plastik bisa langsung dicabut.
Ada 2 pin pengikat, biasanya satu longgar, satu rapat. Lepas dulu yang longgar.
|
Biasanya ada satu yang longgar, satu lagi rapet. |
Dari powernya yang cuma rendah, saya yakin, tekanan pernya nggak gitu kenceng. Karena itu untuk melepasnya, saya nggak pake spring compressor. Ketok dulu pin kedua, punch akan masuk ke dalam menggantikan pin. Kemudian hadapkan senapan ke atas kemudian cabut punch, bedilnya akan sedikit loncat. Seperti dugaan saya, tekanan pernya nggak keras, jadi masih aman walau tanpa spring kompressor.
Untuk melepas pistonnya, perlu melepas pin pada batang pendorongnya.
|
Ketok pin bagian depan untuk melepas link pendorong |
Lepas semua deh. Pabriknya pelit banget ama grease, semua part nyaris kering. Dilap pake tissu aja cuma kotor dikit.
|
Piston, link pendorong, per, spring guide, trigger unit |
Diliatin dulu, bagian mana aja yang bergesekan, nah di situ nanti yang perlu smooth dan dikasih pelumas. Biasanya piston itu bergesekan dengan chamber cuma di bagian pangkal dan ujung aja
|
Gosok dulu pangkal piston dengan amplas halus |
Selain piston, ujung dan pangkal per juga perlu dibikin kinclong. Biasanya saya pake gerinda, tapi waktu itu sudah malam, kuatir berisik, nggak enak sama tetangga. Biasanya juga saya bikin mirror finish pake autosol, tapi kali ini cukup amplas, karena ada rencana pernya mau diganti yang lebih kuat.
|
Digosok manual pake amplas halus |
Mumpung ngelepas per, sekalian aja diliat gap antara OD per dengan ID piston. Ternyata gap-nya cukup lebar. Jadi sekalian saya buatkan piston sleeve dengan material andalan saya yaitu kaleng Khong Guan.
Bikin mal dulu dari kertas kemudian potong kalengnya.
|
Kaleng Khong Guan, andalan dalam membuat piston sleeve |
Nah, ukurannya sudah pas, tinggal dirapikan di dalam piston. Tekan-tekan dengan per supaya rapat ke semua bagian dalam piston. Olesi per dengan grease sebelum dimasukkan, jangan lupa bagian ujungnya juga diolesi grease. Gimana membedakan ujung sama pangkal dari per? Coba masukkan spring guide ke kedua ujung per, nanti akan terasa ada yang rapet dan ada yang longgar. Bagian per yang longgar itulah ujungnya alias yang depan.
|
Semua per diolesi grease kecuali pangkalnya. Ini belakangan aja biar tangan gak belepotan. |
Kemudian baru bagian pangkalnya diolesi grease termasuk spring guide. Pasang piston ke dalam senapannya. Pasang trigger unitnya dan pasang ke spring kompresor. Sebenarnya tanpa spring kompresor juga bisa, tapi ternyata ada kendala dengan safetynya. Ada plat di bagian dalam yang harus diposisikan di tengah sebelum safety dimasukkan.
Pada tahap ini ada sedikit kesulitan menempatkan plat tersebut di tengah sementara trigger unit ditekan tanpa safety. Hal ini karena plat tersebut longgar saat belum ditekan, tapi jadi rapat setelah ditekan. Untuk memastikan plat tersebut selalu di tengah, safety harus dimasukkan. Kalau safety sudah dimasukkan, trigger unit tidak bisa ditekan ke lantai.
Terpaksa deh pasang di spring kompresor dan lakukan beberapa penyesuaian. Sebelumnya, spring kompresor ini dipake untuk melepas D56 yang guede, jadi untuk dipake sama si Panther ini perlu beberapa penyesuaian.
|
Setelah terpasang di spring kompresor saya yang buruk rupa |
Puter sampai pin pengunci bisa dimasukkan, kemudian pasang keduanya. Langkah terakhir, pasang kembali pin di link pendorongnya.
|
Pasang link pendorong setelah diolesi grease |
Alhamdulillah selesai juga. Langsung dites, hasil tembakannya smooth, nyaris kaya bedil pompa.
Belum tes chrono karena ternyata besoknya per yang buat upgrade udah datang.
Perjalanan berlanjut...
Per bekas HW97 dari seorang teman akhirnya datang juga. Per ini dulu yang saya ganti sewaktu HW97nya minta ganti per baru. Per ini patah di kedua ujungnya. Per HW97 punya diameter coil yang lebih gede dan lebih renggang. Tentunya nanti speed meningkat.
|
Per HW97 bawah yang sudah patah. Panjang sebenarnya kira-kira masih ditambah 2 cm. |
Karena kedua ujungnya pernah patah, maka perlu dirapiin dikit sebelum dipake.
|
Dipanasi pake torch kira-kira 1 ulir |
Pertama dipanasi dulu sampe agak merah, kemudian ditekan atau dijepit dengan tang
|
Jepit dengan tang sampe keliatan lurus |
Setelah dijepit dan agak lurus, baru setelah itu digerinda sampai rata. Kemudian per dipotong sesuai dengan panjang per aslinya. Kalau mau juga bisa sekalian dipoles biar kinclong.
|
Dipoles tapi ya nggak kinclong banget |
Kali ini nggak perlu melepas piston, per langsung masuk. OD masih muat, spring guide juga bisa masuk.
|
Tes dulu mana yang masuk di depan |
Kali ini spring kompresor benar-benar perlu karena pernya lebih gede. Terpaksa dilakukan modif dadakan pada spring kompressor supaya bedilnya muat.
|
Spring kompresor ditambahkan ganjal di beberapa tempat supaya bedil imut ini muat di situ |
Selesai deh, tes dulu handlingnya nyaman apa nggak Secara cocking effort lebih berat, hentakan juga cukup keras sampe bedilnya terasa terdorong ke depan. Mestinya kencang nih. Tembakin dulu sekitar 50 kali sampai nggak dieseling. Maksudnya sudah nggak berasap lagi.
Hasilnya dengan mimis Geco : 557, 568, 547, 566, 557. Nyaris nggak ada beda dengan per asli. Cape dehh... Penambahan speed 20 fps dengan recoil yang cukup keras sepertinya nggak sebanding...
Nggak lama kemudian saya putuskan untuk dibongkar lagi dan balik ke per aslinya. Kemudian ambil secangkir Milo panas, tiup dulu baru disruput sambil mikir, kenapa kira-kira ya kok nggak bisa kenceng.....
Panther21 adventure continues...