Senin, 22 April 2013

Bongkar pasang Diana Panther 21

Sudah beberapa bulan saya punya Diana Panther 21 ini.  Tapi baru beberapa hari yang lalu sempat ngopreknya.

Secara keseluruhan bedil ini mirip dengan Diana 240,pendek dan ringan, cocok buat remaja.


Si Panther ini dari namanya keliatan garang, tapi sejatinya sangat lemah lembut. Secara keseluruhan nggak begitu panjang dan bobotnya enteng banget.  Mengenai spesifikasi nggak perlu saya sebutkan, kita bisa search dengan mudah.


Memang secara marking, bedil ini ada tulisan Made in Germany, tapi kalau dilihat di sana sini banyak beberapa ketidaktelitian manufacturing.  Terutama di boxnya, yang seperti menimbulkan dugaan bahwa bedil ini tidak dibuat di Jerman, paling tidak boxnya.

Marking Made in Germany
Popor sintetiknya berwarna hitam dan cukup nyaman digenggam.  Namun di beberapa titik ada bagian finishing yang kurang rapi.  Biasanya produk Jerman sangat teliti dengan kualitas dan finishing.

Yang lebih parah adalah boxnya.  Kalau kita sedikit teliti, beberapa tulisan bahasa inggrisnya ada kesalahan yang cukup fatal dalam penulisan.  Nggak Jerman banget lah.

Pada text box sebelah kiri tertulis ... is recommened... mungkin maksudnya  ...is recommended...
Pada text box yang kanan tertulis Byers and users.... mungkin maksudnya Buyers and users 
OK, itu mengenai penampilan.  Untuk velocity, saya baru nyoba dengan 2 macam pellet yaitu Superdome dan Geco.  Ini juga ngetesnya bulan lalu waktu lagi setting HW100.  Dan masih belum diinput di Excell.
Hasil chrono dengan mimis Superdome dan Geco.

OK itu hasil tes kondisi ori.  Ayo kita mulai bongkar.
Lepas baut pengikat popornya
Penutup belakang dan safety terbuat dari plastik bisa langsung dicabut.

Ada 2 pin pengikat, biasanya satu longgar, satu rapat.  Lepas dulu yang longgar.
Biasanya ada satu yang longgar, satu lagi rapet.
Dari powernya yang cuma rendah, saya yakin, tekanan pernya nggak gitu kenceng.  Karena itu untuk melepasnya, saya nggak pake spring compressor.  Ketok dulu pin kedua, punch akan masuk ke dalam menggantikan pin.  Kemudian hadapkan senapan ke atas kemudian cabut punch, bedilnya akan sedikit loncat.  Seperti dugaan saya, tekanan pernya nggak keras, jadi masih aman walau tanpa spring kompressor.

Untuk melepas pistonnya, perlu melepas pin pada batang pendorongnya.

Ketok pin bagian depan untuk melepas link pendorong

Lepas semua deh.  Pabriknya pelit banget ama grease, semua part nyaris kering.  Dilap pake tissu aja cuma kotor dikit.

Piston, link pendorong, per, spring guide, trigger unit

Diliatin dulu, bagian mana aja yang bergesekan, nah di situ nanti yang perlu smooth dan dikasih pelumas.  Biasanya piston itu bergesekan dengan chamber cuma di bagian pangkal dan ujung aja
Gosok dulu pangkal piston dengan amplas halus

Selain piston, ujung dan pangkal per juga perlu dibikin kinclong.  Biasanya saya pake gerinda, tapi waktu itu sudah malam, kuatir berisik, nggak enak sama tetangga.  Biasanya juga saya bikin mirror finish pake autosol, tapi kali ini cukup amplas, karena ada rencana pernya mau diganti yang lebih kuat.

Digosok manual pake amplas halus

Mumpung ngelepas per, sekalian aja diliat gap antara OD per dengan ID piston.  Ternyata gap-nya cukup lebar.  Jadi sekalian saya buatkan piston sleeve dengan material andalan saya yaitu kaleng Khong Guan.
Bikin mal dulu dari kertas kemudian potong kalengnya.


Kaleng Khong Guan, andalan dalam membuat piston sleeve

Nah, ukurannya sudah pas, tinggal dirapikan di dalam piston.  Tekan-tekan dengan per supaya rapat ke semua bagian dalam piston.  Olesi per dengan grease sebelum dimasukkan, jangan lupa bagian ujungnya juga diolesi grease. Gimana membedakan ujung sama pangkal dari per?  Coba masukkan spring guide ke kedua ujung per, nanti akan terasa ada yang rapet dan ada yang longgar.  Bagian per yang longgar itulah ujungnya alias yang depan.


Semua per diolesi grease kecuali pangkalnya.  Ini belakangan aja biar tangan gak belepotan.
Kemudian baru bagian pangkalnya diolesi grease termasuk spring guide.  Pasang piston ke dalam senapannya.  Pasang trigger unitnya dan pasang ke spring kompresor.  Sebenarnya tanpa spring kompresor juga bisa, tapi ternyata ada kendala dengan safetynya.  Ada plat di bagian dalam yang harus diposisikan di tengah sebelum safety dimasukkan. 
Pada tahap ini ada sedikit kesulitan menempatkan plat tersebut di tengah sementara trigger unit ditekan tanpa safety.  Hal ini karena plat tersebut longgar saat belum ditekan, tapi jadi rapat setelah ditekan.  Untuk memastikan plat tersebut selalu di tengah, safety harus dimasukkan.  Kalau safety sudah dimasukkan, trigger unit tidak bisa ditekan ke lantai. 
Terpaksa deh pasang di spring kompresor dan lakukan beberapa penyesuaian.  Sebelumnya, spring kompresor ini dipake untuk melepas D56 yang guede, jadi untuk dipake sama si Panther ini perlu beberapa penyesuaian.

Setelah terpasang di spring kompresor saya yang buruk rupa
Puter sampai pin pengunci bisa dimasukkan, kemudian pasang keduanya.  Langkah terakhir, pasang kembali pin di link pendorongnya.

Pasang link pendorong setelah diolesi grease
Alhamdulillah selesai juga.  Langsung dites, hasil tembakannya smooth, nyaris kaya bedil pompa.
Belum tes chrono karena ternyata besoknya per yang buat upgrade udah datang.

Perjalanan berlanjut...
Per bekas HW97 dari seorang teman akhirnya datang juga.  Per ini dulu yang saya ganti sewaktu HW97nya minta ganti per baru.  Per ini patah di kedua ujungnya.  Per HW97 punya diameter coil yang lebih gede dan lebih renggang.  Tentunya nanti speed meningkat.
Per HW97 bawah yang sudah patah.  Panjang sebenarnya kira-kira masih ditambah 2 cm.

Karena kedua ujungnya pernah patah, maka perlu dirapiin dikit sebelum dipake.
Dipanasi pake torch kira-kira 1 ulir

 Pertama dipanasi dulu sampe agak merah, kemudian ditekan atau dijepit dengan tang

Jepit dengan tang sampe keliatan lurus

Setelah dijepit dan agak lurus, baru setelah itu digerinda sampai rata.  Kemudian per dipotong sesuai dengan panjang per aslinya.  Kalau mau juga bisa sekalian dipoles biar kinclong.
Dipoles tapi ya nggak kinclong banget
Kali ini nggak perlu melepas piston, per langsung masuk.  OD masih muat, spring guide juga bisa masuk.
Tes dulu mana yang masuk di depan
Kali ini spring kompresor benar-benar perlu karena pernya lebih gede.  Terpaksa dilakukan modif dadakan pada spring kompressor supaya bedilnya muat.
Spring kompresor ditambahkan ganjal di beberapa tempat supaya bedil imut ini muat di situ
Selesai deh, tes dulu handlingnya nyaman apa nggak     Secara cocking effort lebih berat, hentakan juga cukup keras sampe bedilnya terasa terdorong ke depan. Mestinya kencang nih.  Tembakin dulu sekitar 50 kali sampai nggak dieseling.  Maksudnya sudah nggak berasap lagi.

Hasilnya dengan mimis Geco : 557, 568, 547, 566, 557.   Nyaris nggak ada beda dengan per asli. Cape dehh...  Penambahan speed 20 fps dengan recoil yang cukup keras sepertinya nggak sebanding...

Nggak lama kemudian saya putuskan untuk dibongkar lagi dan balik ke per aslinya.  Kemudian ambil secangkir Milo panas, tiup dulu baru disruput sambil mikir, kenapa kira-kira ya kok nggak bisa kenceng.....

Panther21 adventure continues...

Senin, 15 April 2013

Cara pemasangan scope pada senapan

Memasang scope pada senapan emang gampang-gampang susah.  Keliatan gampang tapi ternyata suatu saat muncul masalah.  Masalah yang selama ini pernah saya temui saat pemasangan scope :
- Mounting tidak align kiri-kanan --> Ini akibatnya kita terlalu memaksakan memutar turret scope  ke salah satu sisi untuk kompensasi mounting yang tidak align.
- Pemasangan scope tidak benar-benar vertikal --> pada jarak dekat, hal ini tidak terasa.  Tapi kalau dicoba pada jarak jauh, efeknya baru terasa.

Sebenarnya masih banyak masalah dalam pemasangan scope.  Namun dalam tulisan kali ini, saya hanya membahas 2 masalah di atas.  Cara yang saya pakai ini berdasarkan beberapa referensi yang saya baca dan trial yang saya lakukan sendiri.

Seringkali selesai memasang scope, saat dites tembakan menceng ke kiri atau kanan secara ekstrem.  Pada kondisi seperti ini yang saya lakukan adalah membalik mounting dan mencoba lagi.  Kalau masih menceng, terpaksa mounting diganti.  Ini terutama dialami oleh mounting 2 piece yang kualitasnya kurang bagus.
Untuk itu perlu suatu alat untuk alignment mounting 2 piece.  Alat yang saya gunakan adalah sepasang rod stainless steel yang dilacipkan ujungnya.

Sepasang silinder lancip yang digunakan untuk alignment.  Bikin dari stainless steel

Kebetulan saya mau ngoper scope Hawke Frontier yang nangkring di HW77 ke HW100 yang sekarang ditunggangi oleh Bushnell XLT.  Sementara mountingnya tidak dipindah, HW77 tetap pake Marcool, HW100 tetap pake Leupold.
Jadi di sini ada 2 macam mounting yaitu merek Marcool dan merek Leupold.  Alat pada foto di atas digunakan untuk mengecek alignment mounting 2 piece.  Pemakaiannya adalah sbb :
Secara vertikal terlihat align.  Maksudnya atas-bawah tidak ada gap
Sekarang dilihat dari atas.
Secara kiri-kanan sepertinya sedikit ada gap.  Ini buktinya kalau mounting nggak align kiri-kanan

Sementara itu saat mengecek alignment mouting Leupold, hasilnya adalah sbb :
HW100 pake mounting Leupold, kedua ujung lancip align secara vertikal


Sedangkan saat dilihat dari atas, keduanya juga bertemu dengan rapat
Dilihat dari atas juga kelihatan align secara horizontal

Dari contoh itu kelihatan mana yang kualitasnya bagus dan mana yang kurang.  Sebenarnya mounting Marcool ini saya pilih dari beberapa pasang yang saya punya, dan pasangan itu yang paling bagus.

Kesimpulan saya dari pengalaman ini adalah : Untuk memasang scope, usahakan mounting terpisah sejauh mungkin untuk mengurangi kemungkinan scope menceng.  Ini karena semakin lebar jarak antar mounting, maka kemiringan mounting akan makin kecil.

Masalah berikutnya adalah pemasangan scope pada mounting.  Sesuai saran pabrik pembuatnya, sebelum dipasang, scope harus dipastikan optical center.  Maksudnya, windage dan elevation berada pada tengah-tengah.  Caranya yang pertama dengan menghitung jumlah klik turet dari paling maju sampai paling mundur.  Kalau nggak salah waktu itu jumlahnya 320 klik.  Jadi untuk mendapat optical center adalah pada posisi setengahnya yaitu 160 klik.  Setelah itu baru dipasang ke mountingnya.

Pada pemasangan scope ini, kadang kita susah memastikan apakah scope sudah vertikal terhadap body senapan.  Hal ini penting khususnya untuk menembak jarak jauh.  Gampangannya gini.  Pada saat menembak jarak jauh, cross hair akan diangkat di atas target.  Misalnya pada scope mildot, katakan diangkat sebanyak 4 dot.  Pada scope yang gak vertikal, yang terjadi adalah seperti ini : Target kita posisikan pada dot ke empat, sementara dot ke empat itu tidak benar-benar vertikal dengan cross hair.  Sedangkan saat ditembakkan, mimis akan turun secara vertikal.  Dengan begitu, POI akan geser ke kiri atau ke kanan.

Untuk mengurangi error masalah vertikal ini ada beberapa cara.  Saya dulu pake waterpas di senapan, kemudian garis vertikal recticle diluruskan dengan benang yang digantungi bandul.  Metode ini saya gunakan cukup lama, tapi ada kendala yaitu saat kita fokus ngelihat benang, ternyata posisi bedil sedang dalam keadaan miring.

Akhirnya dari beberapa referensi, ada ide untuk memakai 2 buah waterpas.  Yang satu dipasang di senapan, sedasngkan satunya dipasang di scope.  Jika gelembung air keduanya berada pada level yang sama, kemungkinan besar senapan dan scope sudah align.  Pada metode ini, masalah yang muncul adalah, kadang sebuah senapan maupun scope tidak punya bagian yang rata untuk penempatan waterpas. 

Begini pemasangan di HW100.
Tempelkan waterpas pada bagian yang rata pada senapan maupun scope.  Nempelnya bisa pake double tape atau selotip.  Kemudian scope diputer-puter sampai level kerataannya sama dengan level senapan.
Metode inilah yang saat ini selalu saya pakai.  Bukan yang paling baik, tapi yang menurut saya mudah, murah dan hasilnya lebih presisi.  Jika teman-teman ada yang punya metode lainnya silakan di share di sini buat berbagi ilmu.

Sekarang waktunya zero dulu.....